Oleh : M. Sangap Siregar, S.Pd, MA, Dosen STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Riau Permasalahan individu manusia hari ini kian beragam dan kompleks ...
Oleh : M. Sangap Siregar, S.Pd, MA, Dosen STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Riau
Permasalahan individu manusia hari ini kian beragam dan kompleks membuat sebuah teori pendekatan tidak mampu memberi alternatif solusi penyelesaian. Berbagai kasus problematika ummat makin globals, sehingga perspektif pendekatan multi diperlukan agar dapat mengungkai dan mengurai kerumitan permasalahan yang ada.
Atas dasar fakta sedemikian, maka lahirlah sebuah perspektif pendekatan konseling yang disebut pendekatan integratif (terpadu). Tulisan ini menampilkan konseling Islam sebagai konseling universal dalam jangkauan kavasitas yang lebih menyeluruh. Namun sebelum kita melihat bagaimana kekomprehensifan dan keluasannya, baik kita lihat dulu perbedaan antara konseling Barat dan konseling Islam.
Konseling Barat yang kita maknai sebagai konseling pada umumnya bertujuan untuk mengubah sikap dan prilaku individu (klien) oleh seseorang yang profesional yang disebut konselor untuk memberi bantuan atas masalah yang dihadapi. Pada umumnya proses layanan konseling tidak dihubungkan dengan Tuhan maupun ajaran agama. Konseling Barat dibangun atas dasar pikiran manusia.
Semua teori konseling yang ada didasarkan atas pengalaman-pengalaman empiris yang telah ada. Konsep layanan konseling Barat tidak membahas masalah kehidupan sesudah mati. Konsep layanan konseling Barat tidak membahas dan mengaitkan diri dengan pahala dan dosa. Karena filosofi kehidupan Barat dibangun dalam pola kehidupan sekuler yang memisahkan agama dengan urusan dunia.
Maka layanan konseling dianggap sebagai hal yang semata-mata masalah keduniawian walaupun prakteknya nanti tetap dibangun dalam pendekatan filosofis humanis, psikologis, sosiologis lintas budaya serta pendekatan teknologis kekinian.
Sedangkan konsep konseling Islam didasarkan atas landasan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, aktivitas akal dan pengalaman manusia. Islam meyakini adanya kehidupan sesudah mati dan konseling Islam menyakini akan adanya dosa dan pahala yang telah di kerjakan. Dan Islam menganggap bahwa konseling adalah merupakan bagian dari amanah dari Allah SWT.
Untuk membina dan membentuk manusia ideal yang menuju jalan terbaik (Islam) untuk mencapai ketenangan, kebahagiaan dan keridhoan.
Intinya konseling Islam dipahami sebagai suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ciri khas konseling Islam yang paling mendasar menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky, adalah :
a. Berparadigma pada wahyu dan keteladanan para Nabi, Rasul dan para ahli warisnya.
b. Hukum konselor memberikan konseling kepada klien dan klien meminta bimbingan kepada konselor adalah wajib dan suatu keharusan dan bahkan merupakan ibadah.
c. Akibat konselor menyimpang dari wahyu dapat berakibat fatal baik bagi diri sendiri maupun bagi kliennya.
Sistem konseling Islami dimulai dari mengarahkan kepada kesadaran nurani. Peranan agama dalam bidang bimbingan dan konseling akan memberikan warna, arah dan susunan hubungan yang tercipta antara klien dan konselor.
Prayitno menyatakan unsur-unsur agama tidak boleh diabaikan dalam konseling, dan justru harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mencapai kesuksesan, upaya bimbingan dan konseling yaitu kebahagiaan klien. Karena agama itu sendiri adalah merupakan makanan rohani petunjuk hidup dan suluh hati. Ada dua alasan mendasar mengapa perlu menghadirkan Bimbingan dan konseling Islami.
Alasan yang paling utama adalah karena Islam mempunyai pandangan-pandangan tersendiri mengenai manusia. Al-Qur’an sumber utama agama Islam, adalah kitab petunjuk, didalamnya terdapat banyak petunjuk mengenai manusia. Allah, sebagai pencipta manusia tentu, tentunya tahu secara nyata dan pasti siapa manusia. Lewat Al-Qur’an Allah memberikan rahasia-rahasia tentang manusia. Karenanya kalau kita ingin tahu bagaimana cara menghadapi manusia secara sungguh-sungguh, maka Al-Qur’an (wahyu) adalah sumber yang layak dijadikan acuan utama dan tak dapat dipungkiri.
Walau sesungguhnya tidak salah mengadopsi dan menerapkan teori-teori dan teknik konseling yang telah diperkenalkan oleh barat bisa diterapkan sepanjang selaras dengan nilai-nilai Islam utamanya dari segi strategi teknik, langkah-langkah praktis dalam manajemen terapeutik dan penggalian masalah. Manakala dari segi orientasi pribadi, penguatan mental spiritual, penguatan tingkah laku, upaya perbaikan akhlak mulia kiranya konseling Islam sudah cukup kaya, karena perbedaan keluasan wawasan visi yang meliputi pikir dunia dan kemaslahatan akhirat juga turut dipikirkan bagi kebaikan klien.
Memang filosofi dasar konseling pada umumnya ingin membawa manusia dari apa adanya menuju bagaimana seharusnya. Bertitik tolak daripada ini biasanya target sasaran konseling barat hanya orientasi centred kemauan dan keinginan klien alias sebatas senang dan suka sama suka.
Sementara konseling Islam sejatinya kehendak dan keinginan klien dan konselor haruslah dibangun sesuai kehendak Alloh dan Rosul agar selamat dan menyelamatkan. Dua kutub inilah hal fundamental yang membedakan konseling Barat dan Islam.
Hakikat dasar bimbingan konseling Islami membawa insan pada kesadaran untuk memberdayakan (empowering) potensi fitrah diri dan segala perangkatnya (jasmani, akal, rohani, nafs, hati dan iman) untuk berupaya mencari ikhtiar dan solusi atas segala permasalahan yang ada dengan terus mengikuti petunjuk dan tuntunan Alloh dan Rosul-Nya sebagai pedoman hidup utama dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, termasuk apabila menghadapi problematika paling kritis sekalipun.
Islam sebagai konseling alternatif universal bukan hanya memberikan tips untuk menghadapinya, bahkan untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi maut sekalipun punya petunjuk ajaran yang luarbiasa. Secara ringkas tips sunnah menghadapi penyebaran wabah : Ketika menghadapi wabah penyakit yang mematikan, Rasulullah SAW mengingatkan, "Tha'un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya." (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Secara ringkas untuk menghadapi kematian bagi insan beriman Islam mengingatkan : Setiap orang dianjurkan untuk memperbanyak mengingat mati dan menyiapkan diri untuk menyambutnya dengan bertobat dan istiqamah dalam beribadah kepada Allah SWT. Rasulullah SAW. bersabda: “Perbanyaklah olehmu mengingat pemutus kenikmatan (kematian).” (HR. Ibnu Hiban).
Kematian adalah sebuah keniscayaan. Ia bisa menemui siapa saja baik tua maupun muda tanpa bisa dimajukan atau dimundurkan. Kematian tidak lebih dekat kepada orang tua dari pada anak muda, pun tidak lebih dekat kepada orang yang sakit dari pada orang yang sehat.
Berapa banyak kematian menghampiri seorang anak muda ketika ia sedang tenggelam di dalam mimpi-mimpinya. Dan berapa banyak pula orang tua yang sudah begitu renta justru masih panjang masa hidupnya padahal setiap harinya ia selalu berjaga-jaga jikalau datang ajalnya.
Orang yang dalam keadaan sakit dianjurkan untuk mengingat kematian dan menyiapkan diri untuknya menjadi lebih kuat menghadapinya, tentunya dengan cara merapat dan mendekatkan diri kepada Alloh SWT dengan memperbanyak amal kebaikan baginya.
Kedua-dua petunjuk ini cukup memberikan kita gambaran betapa komprehensif-nya ajaran Islam sebagai solusi pendekatan alternatif universal dalam menghadapi problematika psikologis ummat akhir zaman seperti dalam menghadapi kekalutan jiwa ketika berhadapan dengan serangan covid-19 baru-baru ini.
Nilai utama dari sebuah ikhtiar konseling Islam adalah memberikan suntikan motivasi kekuatan spritual batin untuk meleraikan kegalauan dan kerisauan hati dalam menghadapi krisis yang melanda tiap-tiap diri, agar bisa bangkit, bertahan, tenang dan tabah menghadapi keputusan apapun setelah berupaya dengan segala daya upaya ikhtiar yang mungkin dapat dilakukan dengan segala pendekatan multi yang dapat dipikirkan oleh kemampuan anugrah akal, logika realistis mutahkhir kekinian baru tawakkal, bentuk spesifikasi konseling Islam yang didasari keyakinan tauhid diujung takdir walau pada akhirnya berhadapan dengan regangan nyawa sekalipun akan memberikan ketenangan yang tiada tara. Karena diyakininya maut adalah jalan kembali pulang keharibaan Robb-nya.
COMMENTS