ROKAN HILIR (RIAU), KOMPASPOS.COM - Bendahara Gapoktan Karya Mulya, Kepenghuluan Teluk Piyai, Kecamatan Kubu, Budi Santoso membantah tuding...
ROKAN HILIR (RIAU), KOMPASPOS.COM - Bendahara Gapoktan Karya Mulya, Kepenghuluan Teluk Piyai, Kecamatan Kubu, Budi Santoso membantah tudingan tim investigasi Topan RI, Lukman Nur Hakim yang dimuat di salah satu media Online bahwa pembangunan Optimasi Lahan Rawa (Opla) yang dikelola Gapoktan Karya Mulya asal jadi.
Bahkan dalam pemberitaan itu mengatakan, setiap kegiatan tidak jelas implementasinya dan tidak adanya keterbukaan informasi publik selama masa pengerjaan proyek tersebut.
"Itu tidak benar, boleh lihat sendiri ke lapangan, salah satu pembangunan primer pintu air besar dan box culver tinggal finishing saja, saat ini sudah siap semua," kata Budi Santoso SH kepada Kompaspos.com, Jumat (5/3/2021) saat meninjau satu titik pembangunan primer pintu air.
Lanjut Budi Santoso, dalam pemberitaan yang dimuat juga mengatakan bahwa pembangunan itu inplementasi tidak jelas dalam pengerjaan proyek tidak adanya informasi publik dan asal-asalan.
Sebagai bentuk transparansi Gapoktan Karya Mulya, kata Santoso, papan proyek kegiatan Opla yang bersumber dari dana APBN tahun 2020 itu telah ditempel di dinding rumah mesin unit 3.
"Jadi, kalau dibilang tidak adanya informasi publik dalam pengerjaan proyek sarana pertanian ini. Itu bohong, papan plang-nya sudah kita pasang, apalagi dalam pemberitaan itu juga meminta kementrian menghentikan program IP-200. Program IP-200 merupakan program Nasional dan sudah menjadi harapan masyarakat ramai," ujarnya.
Menurut Santoso, dalam pengerjaan proyek tersebut pihaknya telah melakukan sesuai dengan spek dan arahan konsultan sebagaimana mesti sebaik-baiknya.
Ia juga menyayangkan dalam pemberitaan itu hanya sepihak, tanpa adanya klarifikasi dari Gapoktan Karya Mulya terkait kebenaran dari sebuah informasi yang disiarkan media masa.
"Itu hanya pemberitaan sepihak, Gapoktan Karya Mulya selaku yang dirugikan dalam pemberitaan itu tidak digunakan hak klarifikasinya, ini tidak adil dan tidak berimbang," katanya.
Menurut Santoso, dalam pengerjaan pembangunan proyek Opla tersebut menggunakan tenaga lokal masyarakat tempatan yang artinya masyarakat mengetahui adanya pembangunan itu.
"Jelas bertolak belakang dengan tudingan Topan RI yang mengatakan implementasi proyek itu tidak jelas, masyarakat tidak mengetahui sumber dananya, pekerja masyarakat tempatan, tentu sangat aneh jika mereka tak tahu darimana sumber dana proyek Opla itu," pungkasnya.
Penulis : Romi
COMMENTS