Oleh : M. Rasuma Febry S.Kom. ROKAN HILIR (RIAU), KOMPASPOS.COM - Menukil bait sejarah Sedinginan Kota Kemenangan Dari Tulisan M Isa Tamin ...
Oleh : M. Rasuma Febry S.Kom.
ROKAN HILIR (RIAU), KOMPASPOS.COM - Menukil bait sejarah Sedinginan Kota Kemenangan Dari Tulisan M Isa Tamin (Alm), untuk mengantarkan tulisan sejarah ini guna mengenang masa lalu sebuah Kampung yang saat ini sejak tahun 1961 dahulu menjadi sebuah Ibukota Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau.
Tulisan ini dibaca dan diposting di jejaring sosial Facebook oleh seorang anak jati sedinginan Muhammad Rasuma Febry. S. Kom yang suka melirik sejarah kota Sedinginan sebagai kampung leluhurnya tersebut, pada Kamis 4 Maret 2021.
Rasuma Febry menuliskan bagian kisah sejarah tahun 1946, sebuah kisah perjuangan para tokoh dan ulama Sedinginan pada masa itu untuk mengurus kewedanaan kepemerintahan ditengah transportasi yang masih sulit dan situasi yang belum kondusif pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dan perselisihan kecil antar suku khususnya di Bagan siapi-api.
Berikut isi tulisannya:
Setelah mendapatkan surat dari kewedanaan Bagansiapiapi (Diperkirakan sekitar bulan Maret 1946), agar organisasi KNI dan PRI kecamatan Tanahputih mengirim masing-masing 2 delegasinya maka berangkatlah 2 anggota KNI (Abd Kholid Pujar & Guru Mahidin) bersama 2 Anggota PRI (Mahidin Muhammad & Yunus Yusuf) ke Bagansiapiapi menggunakan perahu dayung.
Di tengah perjalanan, lewatlah sebuah motor boat yang juga menuju ke arah Bagansiapiapi, maka keempat delegasi KNI dan PRI ini akhirnya meminta pertolongan agar perahu mereka ditarik oleh motor boat tersebut, pemilik motor boat tersebut ternyata berbaik hati dan bersedia membantu menarik perahu mereka, maka naiklah mereka ke atas motor boat tersebut kecuali Tuan Syech Abdul Kholed agar ada yang mengemudikan perahu gandengan.
Saat malam hari diperkirakan perjalanan melewati sekitar daerah Jumrah, ternyata tali yang menarik perahu dayung tersebut putus tanpa disadari oleh awak motor boat dan rekan-rekan Tuan Syekh Abdul Kholed yang ada di datas motor boat, dalam keadaan terombang-ambing ditengah sungai Rokan, dan akhirnya masuk ke anak sungai/parit Telukbakung.
Telukbakung adalah tanah tempat berladang masyarakat dari Sedinginan dan sekitarnya, salah satunya adalah KH Saufi yang juga merupakan sepupu dari Tuan Syekh Abdul Kholed. Rumah-rumah pondok ladang di Telukbakung biasanya tidak berpenghuni kecuali pada masa menjelang panen.
Tuan Syekh Abdul Kholed sendiri adalah seorang pemuka masyarakat yang dihormati oleh masyarakat Sedinginan, sehingga, ketika beliau terdampar di Telukbakung, masyarakat Sedinginan yang kebetulan pada saat itu sedang berada di Telukbakung karena musim panen, jadi pondok-pondok yang ada di ladang tersebut sedang dalam keadaan berpenghuni.
Setelah bermalam di Telukbakung, Tuan Syekh Abdul Kholid dibantu oleh orang-orang dari Sedinginan yg ada di Telukbakung untuk kembali pulang ke Sedinginan.
Ternyata kejadian yang dianggap kurang beruntung tersebut malah sebaliknya adalah kejadian yang membawa keselamatan bagi Tuan Syekh Abdul Kholed, karena ternyata saat beliau tertinggal di Telukbakung, rekan-rekan beliau dan awak motorboat yang baru menyadari putusnya tali penarik perahu yang dinaiki Tuan Syekh Abdul Kholed setelah hampir sampai di Bagansiapiapi, ternyata mereka di tangkap, sempat di siksa dan bahkan hampir dibunuh oleh orang Tionghoa yang saat itu sedang berselisih paham dengan Bumiputera di Bagansiapiapi (Peristiwa Bendera Kuomintang), beruntung sebelum sempat akan dibunuh ketiga rekannya bersama awak motor boat tersebut mendapat bantuan dari pejuang dari Bagansiapiapi dan berbagai daerah lainya hingga perselisihan tersebut bisa diselesaikan, dan mereka bisa kembali ke Sedinginan dengan Selamat.
Sumber : Sedinginan Kota Kemenangan ditulis Oleh M ISA THAMIN di posting oleh M Rasuma Febry. S. Kom dan diterbitkan oleh media Kompaspos.com
COMMENTS