PEKANBARU (RIAU), KOMPASPOS.COM - Baru baru ini, muncul organisasi baru yang kerap mengkritisi masalah lingkungan hidup di Riau. Bernama AR...
PEKANBARU (RIAU), KOMPASPOS.COM - Baru baru ini, muncul organisasi baru yang kerap mengkritisi masalah lingkungan hidup di Riau. Bernama ARIMBI alias Yayasan Anak Rimba Indonesia, organisasi ini secara tajam mengkritik limbah B3 Chevron, dan Melaporkan Kegiatan Illeg di Taman Nasional Tesso Nillo.
Menyikapi itu, pakar lingkungan Dr.Elviriadi menyambut baik keberadaan ARIMBI sebagaimana rilis tertulis yang dikirimnya melalui Whataps pada media ini, Senin (18/4/2021)
"Sangat apresiasi dengan kawan kawan ARIMBI. Kalau semua tiarap dan "main mata", Riau segera kehilangan harga diri, tanah melayu jadi gurun sahara tandus. Kering kerontang, tapi mandi limbah," ungkap Elv.
Elviriadi menegaskan bahwa pembangunan negara telah menumbalkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
"Nampaknya yang tengah berlangsung dilapangan sebuah konspirasi. Konspirasi antara birokrat korup, pengusaha berkilau, dan intelektual tukang. Mereka kompak menghisap produksi sumberdaya kita. Hutan alam tersisa di Kampung saya Selatpanjang, ditebang terus. Pembangunan menumbalkan lingkungan demi kemakmuran pengusaha, jadi "demi anak cucu" rupa rupanya demi kapitalis, hahaa," sindir aktivis Muhammadiyah itu.
Kalau begitu, tambah Elv, bersama ARIMBI saya siap "cukur" para aktor yang terus menggasak kekayaan alam Riau.
Kepala Departememen Perubahan Iklim KAHMI Pusat itu menyayangkan terjadi keterpisahan agenda negara dengan rakyat dan ekosistem.
"Aneh dan rumit, negara agendanya devisa, KTT, pertemuan dunia, cost- fasilitas pejabat dengan tarif tinggi. Sedangkan rakyat di bawah hilang mata pencaharian akibat hutan gundul, kemiskinan merata, tanah ulayat dirampas dan konflik meningkat. Ekosistem makin ekstrim dan tandus. Entahlah, kita bernegara tanpa konsep. Pengusaha dibilang "anak cucu," pungkas peneliti yang selalu gundul demi nasib hutan.
Penulis : Zurfami
COMMENTS