SIMALUNGUN (SUMATERA UTARA), KOMPASPOS.COM - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mulai merebak di Desa Pematang Gajing, Kecamatan Gunung Malela, ...
SIMALUNGUN (SUMATERA UTARA), KOMPASPOS.COM - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mulai merebak di Desa Pematang Gajing, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun beberapa waktu terakhir. Wabah yang menyerang ternak sapi (lembu, red) ini sudah mulai menelan korban. Di desa itu, sudah 3 ekor lembu milik warga ditemukan mati di dalam kandang.
Salah seorang warga Huta III, Nagori Pematang Gajing mengatakan lembu dewasa miliknya diketahui mati saat pagi hari. "Tadi pagi matinya, udah dikubur tadi pagi," katanya saat ditemui di kediamannya.
Sementara Tumin warga lainnya mengatakan, lembu berusia 2 bulan miliknya mati mendadak, hal ini diketahuinya saat ia pulang kerja siang hari.
"Lembu anakkan ku itu gak ada sakit. Tapi induknya baru disuntik kemarin sama penyuluh hewan ternak, mungkin keracunan dari air susunya," ujar pria berusia 50-an itu.
Saat ditanya apakah dikenakan biaya saat melakukan penyuntikan hewan ternak itu? Pria bertubuh kecil ini mengakui bahwa dirinya harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 100 ribu untuk sekali suntik.
"Seratus ribu per ekor. Mau tak mau ya dibayar lah. Lembuku ada 12 ekor," kata dia.
Majid, Gamot (Kepala Dusun, red) Huta III mengatakan sudah ada 3 ekor ternak warga yang mati diduga sakit PMK. Untuk desa tersebut, rata-rata lembu warga sudah terjangkit penyakit tersebut.
Dia berharap, agar ada penanganan serius dari Pemerintah Kabupaten Simalungun melalui dinas terkait agar dapat mengatasi keresahan warga.
"Kita harapkan kehadiran pemerintah khususnya Pemkab Simalungun. Jangan sampai ada pihak yang mengambil keuntungan atas musibah yang dialami peternak di desa kami. Sampai sejauh ini belum ada perhatian Pemkab Simalungun untuk hal ini, sosialisasi pun belum ada," tandasnya.
Dihubungi melalui selularnya, Kadis Ketahanan Pangan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Simalungun, Robert Pangaribuan mengatakan saat ini belum ada vaksin atau obat yang dikeluarkan Pemkab Simalungun maupun Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara.
"Tidak ada biaya apapun. Tapi, bantuan obat-obatan belum ada, tetapi yang di lapangan itu sukarelawan. Jadi obat-obatan mereka beli sendiri. Mereka (sukarelawan, red) tidak digaji negara. Sampai sekarang belum ada obat dari pemerintah," katanya.
Ia menambahkan, sebelumnya Pemprov Sumatera Utara hanya memberikan 6 botol antibiotik dan vitamin yang akan diberikan untuk ternak.
"Cuma 6 botol, 1 botol itu untuk 100 ekor. Sementara ternak warga di Simalungun ada 174 ribu ekor," pungkasnya.
Penulis : Zico
COMMENTS